*Lagu ini didedikasikan kepada orang-orang Tangerang yang
mampu menghadirkan warna baru dalam setiap sendi-sendi kehidupan, terima kasih.
Bayangan saya tentang hebatnya menjadi mahasiswa S2 KBM sekejap
hancur. Dulu saya membayangkan dunia perkuliahan S2 itu begitu akademis,setiap
hari diisi dengan diskusi berbobot, perbincangan tentang bagaimana menyelamatkan
umat manusia, serius dan dewasa.
Kenyataannya saya telah ditipu, kehidupan S2 disini tidak
seperti itu. Nongkrong sembari hura-hura menjadi wacana yang sangat digaungkan.
Setidaknya itulah anggapan yang saya dapat ketika berkaca kepada para senior,
mereka menolak wacana serius karena takut terjebak didalam dominasi kepentingan
itu sendiri. Masuk akal memang, materi-materi perkuliahan saya memang jauh dari
kata penting, kami lebih banyak mempersoalkan megnapa meja guru dan murid dalam
suatu kelas diposisikan berhadap-hadapan, ketimbang persoalan strategi
komunikasi politik Ahok dalam Pilkada DKI, ngga
jelas banget kan?
Para senior yang telah saya sebutkan diatas juga sama tidak jelasnya,
tapi yang paling tidak jelas adalah pria Prancis bernama Pahlevou. Jogja dua
kali berturut-turut telah menipu saya (Jogja! Kamu jahat!), ketika pertama kali
mengenalnya saya mengira jika ia adalah orang serius nan berbudaya, tetapi
setelah kesini-sini saya makin merasa ada yg salah, usut punya usut ternyata
pria Prancis ini lahir (masih diperdebatkan) dan besar di Tangerang. Pantesaaaan..
Selama saya hidup lebih dari 20 tahun di Tangerang, pria
macam Pahlevou ini sudah seperti jamur, ada dan bisa berkembang biak
dimana-dimana. Mereka (baca: Homo
Tangerangsis) secara struktur memiliki perangai dan sifat yang serupa,
berikut struktur perangai manusia Tangerang yang berhasil saya kumpulkan 20
tahun lebih lamanya.
Tijel. Banyak perdebatan
dikalangan akademis soal penyebutan ini, ada yang menyebutnya dengan tijel, orlas, catmen dan suneh, namun semua penyebutan tetap
bermuara kepada hal yang sama; anomali watak. Untuk kasus Pahlevou, ketijelan dia hadir
melalui kacamata yang biasa ia pakai, jika kacamata modern akrab dengan sebutan
frameless, kacamata Pahlevou ini lensless alias tanpa kaca, tijel sianying..
Mulut cenderung lebih
kasar. Hidup di Tangerang harus siap tahan banting, karena di setiap
sudut-sudut kota selalu hadir manusia-manusia yang dengan senang hati mencela
eksistensi manusia lainnya. Para HomoTangerangsis
biasa menyebut ritual tersebut dengan “ceng-cengan”, ceng-cengan bisa bersifat psikologis namun tidak jarang menjurus
fisik (meski dalam penelitian lebih lanjut mereka juga melarang hal tersebut).
Selama observasi 20 tahun lamanya, saya sudah merasakan
bermacam ceng-cengan yang dilakukan
para manusia Tangerang, saya bahkan harus merasakan sapaan “ler” dikalangan
mereka. Kata sapaan yang secara kodrati menyetarakan manusia dengan alat
kelamin ini terjadi di Tangerang. Seperti “cuk”
namun dengan tingkat yang lebih tinggi.
Unik. Ini bukan
nama seseorang mahasiswi di KBM, kata unik dipakai ketika tingkat ketijelan
atau kekasaran mulut sudah mencapai tingkat yang diakui oleh Homo Tangerangsis lainnya. Tidak banyak manusia
Tangerang yang bisa mendapatkan ‘gelar’ ini, tetapi ketika sudah mendapatkan ,
derajatnya sebagai manusia Tangerang sekejap akan melesat. Suatu contoh subyek
berinisial M, berdasarkan cerita manusia Tangerang, ketika itu mereka sedang
melakukan kegiatan nongkrong di warung sebuah komplek, tetiba melintaslah
seorang pengemis yang kedua kakinya lumpuh, ia melintas dibantu dengan papan dan empat roda kecil di tiap sisinya yang ia kayuh menggunakan tangan.
“Itu si
bapak kok malah main skateboard dah?”
Ujar M dengan polos sambil melihat kearah pengemis itu. Kelakuannya tersebut secara relasional mampu menghasilkan kata baru.
Misal ketika M nge-cengin
orang secara berlebihan, kami akan berkata, “ente toobad p**s.”
“Toobad” sendiri merupakan kata yang memiliki dua arti, “tobat”
sebagai ritual permohonan ampunan kepada Tuhan dan too bad yang berarti “terlalu buruk” atau “terlalu berlebihan”
menjadi tanda akan tingginya derajat keunikan manusia Tangerang yang satu ini.
Maka ketika kalian bertemu dan berkenalan dengan orang yang
memiliki struktur sifat dan perangai seperti diatas, jangan ragu untuk berkata,
“masnyah orang Tangerang ya?”
Comments
Post a Comment