Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2014

Cita-Citaku

Sudah lama sekali, sejak sd saya bercita-cita untuk menjadi seorang masinis, suer ini ngga bohong. Kenapa? Tidak ada yang tahu, bahkan guru bahasa indonesia saya sedari SD pun tidak, keahliannya selain mencekoki diriku dengan SPOK, hanyalah membuat tanda tangan bergambar tikus sampai pada bentuk orang mengintip, yang pada saat itu, memang booming di kalangan kami. Mengapa harus masinis? Mungkin cita-cita ini tidak populer di kalangan anak SD medio 2000-an, profesi masinis sekarang mungkin kalah pamor dengan profesi floor director di TV yang kerjaannya hanya goyang ugal-ugalan sembari narsis pada layar kaca. Secara filosofis mungkin saya bisa jabarkan,  bagaimana profesi masinis menurut saya bisa merepresentasikan kehidupan statis yang pasti, tentang bagaimana seorang masinis yang selalu stay on the track . Masinis dan keretanya dalam karya-karya populer juga selalu digambarkan sebagai bentuk kehidupan yang bebas, perjalanan dunia baru. Entahlah, aku di waktu kecil akan sangat men

Sabda Tentang Kebangsaan

Beberapa hari lalu, saat jakarta sedang kadung dengan hujan terus-menerusnya, saya menemukan bahasan menarik. Lebih menariknya lagi, bahasan menarik ini tidak turun dari situs-situs keren dunia jaringan, tetapi datang dari saluran televisi pelopor yang pada masa turun-naiknya harga cabe sedang nge-hype , sejajar dengan hype-nya goyang cesar pada dekade sekarang ini. Sebuah acara diskusi, mini dan cenderung kontemplatif, bukan macam klub pengacara yang tak ubahnya dengan tukang adu otot yang biasa berkeliaran di halte-halte sekitar. Soegeng Sariadi Syndicate adalah nama acara diskusi tersebut (entah Sariadi atau Sarijadi), dengan gaya sindikasi yang merenungkan tentang arti perubahan, acara yang disingkat SSS ini sukses mempertahankan saya untuk betah berlama-lama di depan tv, apalagi di depan tv yang katanya “hidup segan, mati tak mau” ini. Temanya cenderung populer,  tentang pemilu 2014 melalui kacamata kebangsaan. Pembicaranya pun berat, berat tidak secara literal, lebih b

MOVIE REVIEW - Wolf Children Ame and Yuki (2012)

Rating: 8.5 “ The World is full of things i don’t know ”, adalah kata-kata Hana (Miyazaki Aoi) saat melihat lelaki yang disayanginya bertransformasi menjadi manusia serigala. Dengan genre fantasi juga slice of life , Wolf Children Ame and Yuki berhasil menyajikan film animasi, dengan cerita penuh filosofinya yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh banyak orang. Digarap secara apik oleh Mamoru Hosoda, sutradara yang juga melahirkan film animasi Summer Wars dan The Girls Who Leapt Through Time. Wolf Children Ame and Yuki adalah film sarat  fantasi, khas sutradara yang banyak dari karya-karyanya, berhasil menempatkan dirinya sejajar dengan sutradara kenamaan Studio Ghibli, Hayao Miyazaki. Hana adalah seorang wanita muda, pekerja keras yang selalu tersenyum. Pertemuannya dengan Ookami (Osawa Takao) di lingkungan kampus, diawali dengan rasa penasaran Hana yang melihat lelaki tersebut, selalu mencatat pelajaran dengan serius dan antusias. Kisah cinta merekapun terbangun,