Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2014

Writer’s Pick: Our Great Local Artists

Ditengah derasnya arus globalisasi, banyak produk-produk lokal yang mau-ngga-mau harus bersaing dengan produk luar negeri, termasuk karya grafis. Dibandingkan luar negeri, karya grafis lokal memang belum banyak diapresiasi, entah dari marketnya yang belum ada maupun dari fasilitas penunjangnya yang belum lengkap, sukses ngebuat artis-artis lokal ini jadi underdog . Tapi jangan salah, meskipun dilabeli underdog , beberapa karya-karya mereka bisa diacungi jempol dan ngga kalah juga sama karya grafis internasional.  Di bawah ini ada beberapa artis-artis lokal yang menurut saya memiliki karya grafis yang layak masuk Writer’s Pick. Check this out ! 1.  Erwin Wijaya & Aulia Effendi (GOORM) Sebagai usaha kolektif yang mengerjakan proyek-proyek grafis dari band garang macam ((AUMAN)), GOORM terdiri dari dua orang, Erwin Wijaya selaku layout , tipografi, dan digital finishing , sedangkan Aulia Effendi bertanggung jawab atas manual hand drawing dan ink . Berikut adalah karya

MOVIE REVIEW – Anohana The Movie: The Flower We Saw That Day (2013)

Rating: 7.5 contain with spoiler, read it wisely! Sebagai sidestory dari serial berjudul sama yang pernah melejit pada 2011, Anohana The Movie bercerita tentang kisah selanjutnya dari Jintan (Yumi Irino) dan kawan-kawannya setelah ditinggal oleh Menma (Kayano Ai). Selain diproduksi oleh A-1 Pictures – perusahaan yang banyak membidani lahirnya film bergenre slice of life , Anohana The Movie juga disokong oleh orang-orang berpengalaman macam Tatsuyuki Nagai sebagai sutradara, Mari Okada sebagai penulis skenario, dan REMEDIOS sebagai komposer yang mengisi BGM dari film ini.  Dengan titel “ A Letter To Menma ”, Jintan bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam grup Super Peace Busters memutuskan untuk membalas surat dari roh Menma yang pernah mengunjungi mereka.  Melalui surat tersebut, Jintan, bersama Anaru (Haruka Tomatsu), Yukiatsu (Takahiro Sakurai), Tsuruko (Hayami Saori), dan Poppo (Takayuki Kondou) coba membangkitkan kembali kenangan mereka tentang Menma dan pr

Imajinasi Berbayar: Menakar Idoling Dalam Perspektif Jean Baudrillard

Dalam era globalisasi, teknologi menjadi barang penting dalam kehidupan manusia, bahkan sejajar dengan sandang, pangan, dan papan. Hal tersebut telah diramalkan oleh Marshall McLuhan dalam slogannya yang terkenal, “ global village ”. McLuhan mendefinisikan peradaban manusia sebagai entitas yang sempit karena terhubungnya semua manusia melalu jaringan teknologi. Hal itulah yang membuat kita hidup dalam percepatan, teknologi dianggap sebagai perpanjangan badan manusia yang membantu manusia memudahkan tiap aspek kehidupannya. McLuhan jelas berpendapat jika era ini merupakan kedigdayaan manusia dalam suatu transisi modern untuk menaklukkan batasan ruang dan waktu. Tetapi tidak menurut pandangan konsumerisme, Jean Baudrillard, seorang filsuf Prancis menyatakan jika pandangan McLuhan tentang implikasi modernitas akan mengakibatkan munculnya ekses negatif sebuah peradaban. Menurut Baudrillard teknologi tidak hanya menjadi perpanjangan badan saja, tetapi juga membentuk sebuah realitas