“Kalau yang itu bentuknya kaya tikus ya?” “Lebih mirip gajah sih. Tuh lihat yang panjang itu kaya belalainya.” “Kalau yang itu bentuknya kaya apa?” “Kaya burung elang, lagi membentangkan sayapnya.” “Kalau itu?” “Kalau itu, dilihat dari kerut-kerutnya sih mirip Pak Adam kalau lagi bengong depan rumah.” “Idih bandel, aku bilangin Pak Adam kamu ngomongin dia!” Aku tahu aku berdosa kepada Pak Adam. Aku kerap menjadikannya bahan lelucon untuk membuat Viny tertawa, dan itu selalu berhasil. Andai kata Viny merasa lelucon tersebut sudah tidak lucu, mungkin saja aku akan mencari bahan lelucon lain, tetapi kenyataannya lelucon itu tidak pernah membuat dia bosan, setiap hari, minggu, hingga tak terasa setahun sudah berlalu. Ayah Viny adalah sahabat karib ayahku, mereka menjadi tetangga baru kami, tinggal tepat dua gang di rumah yang ayah rekomendasik
I wrote about anything. Then i tell them nothing.