Skip to main content

Surat dari Masa Depan

Dear diriku yang masih berkuliah di UGM,

Apa kabar? Aku harap kamu baik-baik saja. Aku tahu kamu sedang sibuk, sudah mulai masuk jadwal UTS bukan? Bahan bacaan, tugas-tugas juga sudah mulai bermunculan, BBKU mini juga sedang bergulir dan kamu tidak mau ketinggalan, aku harap kamu bisa mengerjakannya dengan tuntas. Aku tahu banyak urusan sosial yang tidak bisa kamu datangi di Jakarta sana, tetapi seperti prinsip pertukaran setara Edward Elric, aku rasa ini adalah pengorbanan yang setimpal.

Aku sekarang sedang ada di Jepang, melewati musim dingin di Jepang selalu menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan bagiku, kamu selalu berpikir jika hidup di Indonesia panas sehingga kamu selalu berkeringat, namun ketika kamu hidup disini, dengan suhu rata-rata bisa mencapai 10° celcius, kamu tidak bisa bergerak, kamu hanya ingin bermalas-malasan dan otakmu tidak bisa bekerja, mungkin ini salah satu alasan mengapa orang Jepang pernah (dan masih) menghamba matahari, karena mereka selalu menunggu kehadirannya, beda dengan kita yang selalu dikunjungi matahari sepanjang tahun.

Namun aku bersyukur karena cuaca perlahan mulai menghangat, musim semi telah datang, meskipun menurutku ini masih sangat dingin, hanya Suar dan Mentari yang sudah terbiasa, karena mereka memang lahir dan besar disini. Ibunya? Jangan ditanya, dia bilang panasnya kuah ramen tidak bisa menandingi pedas dan gurihnya kuah bakso di Indonesia, hehe.

Selebihnya kehidupanku berjalan dengan indah, aku bersama istri, dan dua anakku hidup di apartemen yang sederhana, didalamnya kami bersyukur tidak kedinginan, bisa makan 3x sehari dan bisa saling menjaga dan berbagi suka dan duka bersama. Aku memang belum sukses, tetapi proses membangun dari nol ini bagiku adalah sebuah keindahan yang tidak ternilai, dan aku akan selalu menjaga pemikiran tersebut. Mungkin kesuksesan terbesar dalam diriku adalah bisa melihat anakku besar dengan bahagia.

Aku tidak selamanya tinggal di Jepang, kontrak kerja dan disertasiku sebentar lagi akan rampung, setelahnya aku ingin kembali ke Indonesia, tidak ada yang bisa membuatku bertahan disini, mungkin selain murid-murid istriku yang setiap jumat sore datang untuk diajari henna art, kebanyakan muridnya adalah ibu-ibu rumah tangga yang kesehariannya berada dalam ranah domestik, sepertinya setelah istriku datang, kegiatan merangkai bunga telah tersaingi oleh kegiatan melukis henna.

Sebelum menutup surat ini, aku ingin berpesan. Apapun yang kamu lakukan, kecil maupun besar, jangan pernah merasa sia-sia. Asal niatmu baik dan kamu tekun, yakinlah disini aku akan berterima kasih karenanya. Satu lagi pesanku adalah jaga orang tua kita, ramahlah dengan mereka, dengarkan keluhan mereka, karena ketika kamu mendapat satu kesempatan untuk berpisah dan pergi ke tempat yang jauh, ribuan kilometer jauhnya, tanpa melakukan hal tersebut, kamu akan menyesal. Tolong.. lakukan hal tersebut demi diriku.

Baiklah aku harus bergegas untuk mengejar kereta, ada jadwal teater di Don Quixote Akihabara nanti malam dan aku tidak boleh terlambat dan psst, jangan bilang hal ini sama pacarmu. Ciao.



Fauzan

04 April 2032 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog