Skip to main content

Di internet jam dua malam lima belas september adalah hari dimana saya mencari-cari video klip band jepang yang judulnya saja saya tidak tahu



ESKETIIIIIIIIIIIT!

Apa yang tidak bisa kamu temukan dalam Youtube? Sebenarnya kalimat pembuka tulisan ini bisa berbunyi, “saya bisa menemukan informasi apa saja dalam Youtube,” tetapi karena biasa, logikanya saya balik. Hal apa yang tidak bisa kamu temukan dalam Youtube?

Tidak ada.

Semuanya bisa ditemukan dalam Youtube, termasuk kata aneh dengan huruf-huruf kapital di paragraf pertama. Saya tidak mendewa-dewakan Youtube tetapi bolehlah saya anggap Youtube ini wunderkammer, atau ruang koleksi yang menyimpan segala jenis barang, penting atau tidak, semua masuk didalamnya.

Karena rahang saya cidera lantaran kebanyakan makan enak, saya tidak bisa tertawa lebar-lebar, maka bolehlah saya mengurai dua video Youtube yang ringan, namun juga berat. Saya bilang ringan karena keduanya menilik sebuah produk yang sebenarnya ditujukan untuk kesenangan; video game dan film. Saya bilang berat karena keduanya secara brilian menguraikan hal-hal paling spesifik dari kedua hal tersebut, mari.




Nintendo – Putting Play First Video Mark Brown menguraikan dengan sederhana bagaimana Nintendo, perusahaan game ikonik asal Jepang mampu bertahan dari serbuan game-game dengan grafis mumpuni, yakni dengan setia kepada kredo “Form follows function”.

Itu informasi baru menurut saya, Shigeru Miyamoto memakai kredo tersebut lantaran dia adalah lulusan teknik industri, menjadi wajar ketika game-game Nintendo dibangun berdasarkan premis sederhana; Mario adalah game tentang melompat, Luigi’s Mansion adalah game tentang vacuum cleaner, mekanik tersebut diartikulasikan kesemua aspek didalam game sehingga tercipta game yang menyenangkan namun tetap sederhana. Kesemuanya berhasil dituturkan dengan apik oleh Mark Brown.




The Marvel Symphonic Universe Tony dari Every frame a Painting adalah salah satu channel pengulas film yang patut untuk ditunggu. Karya terakhirnya 2016 silam ini mengurai salah satu alasan kenapa score dalam film-film Marvel begitu sulit untuk diingat.

Detil dan runut, Tony menjelaskan berbagai macam hal yang memungkinkan hal –hal diatas bisa terjadi. Sampai pada suatu kesimpulan, film-film Hollywood masa kini terlalu bergantung kepada temp music. Dalam sebuah proses produksi film yang tidak lagi linear, temp music merupakan score sementara yang dipinjam dari komposer lain, sebagai guideline editor dalam mengedit film.

Tentu karena sifatnya temporal (sementara), temp music pada akhirnya akan digantikan oleh score dari komposer yang bertugas, namun kebanyakan sutradara meminta komposer-komposer tersebut untuk menggubah lagu tidak jauh dari temp music, voila! Terciptalah musik-musik yang serupa dalam setiap film Hollywood.

Begitulah Youtube, segala informasi dari yang membuat geleng-geleng, angguk-angguk, ketawa-ketiwi, ada didalamnya.

Comments

Popular posts from this blog