Skip to main content

A Lonely Heart Goes Sway Around

Tubuhnya bergetar, naik turun mengikuti irama kereta yang mulai berjalan cepat, namun stabil. Aku bisa melihat jelas wajahnya, baru tadi kita tertawa bersama, kini dia tidur, menyisakan derit rel dan aduan gerbong yang menggema. Aku tepat didepannya, kita saling berhadap-hadapan, kepalanya menekan jendela kereta selayaknya bantal, nyaman sekali. Aku menatapnya lekat-lekat, aku tidak ingin berhenti, hanya matahari pagi yang boleh mengatakan hal tersebut, dan mungkin aku tidak akan terima. Kamu bilang ini mimpi yang ingin kamu capai? Pergi dariku, membangun cita dan mimpi di rumah orang? Terus bagaimana dengan cita dan mimpimu disini, siapa yang membangunnya? Aku masih ingat, ketika kopi yang kita minum masih mengepulkan asap, di kedai yang luas, berisik dan tidak terlalu bagus itu, kamu bilang, “aku ingin ke Jakarta,” aku sruput kopi itu dari cangkir kecilnya, “mau ngapain?” aku bilang begitu, sama sekali tidak ada nada menghalangi, hanya terdengar seperti mengiba, mungkin. Kamu tidak bilang itu ketika kita sedang di kamarku, aku mana mungkin mencumbumu disini, disaksikan orang-orang berisik yang sedang bermain gitar dan bernyanyi. Bercumbu sebagai dalih, agar kamu mengurungkan niat dan tidak jadi pergi. Sorot matamu dalam, aku suka. Kamu punya ambisi, aku suka, kamu jauh dariku, tidak sama sekali. “Aku mau ikut audisi JKT48.” “Kapan?” “Minggu depan aku berangkat, tenang saja belum tentu keterima kok.” Bohong. Kamu pasti akan keterima, kamu itu perempuan yang tidak pernah gagal mendapatkan sesuatu, mungkin kamu adalah satu-satunya orang yang aku tahu begitu ambisius untuk mencapainya. “Aku ikut.” “Hii ngapain? Ngga usah ah.” “Biarin, aku mau temenin kamu audisi, sekalian aku mau ikut audisinya.” “Idiih,ini kan khusus perempuan, norak ah!” Wajah cemberutmu tidak membuat aku bosan, malah aku ingin membuatmu makin cemberut, kalau bisa sampai nangis. Sekarang kamu tertidur lelap di gerbong kereta, tidak ada sama sekali wajah cemberutmu menempel disana, wajahmu teduh, tenang, aku tahu kamu senang dengan apa yang terjadi, dan tentu kamu senang kan aku ikut ke Jakarta? Kalau kamu sudah jadi anggota JKT48, jangan lupakan aku ya.

Comments

Popular posts from this blog