Contain with spoiler, read it wisely.
Rating: 10.0 |
“Hey, they say it’s
five centimeters per second.”, “What do
you mean?”, “The speed at which the sakura blossom petals fall... Five
centimeters per second.”
Pernyataan Akari tentang kecepatan gugurnya bunga sakura,
merupakan repetisi dari banyaknya kejadian yang akan muncul dalam film ini.
Tampil dalam ketiga segmen yang berbeda, Five
Centimeters Per Second membuat “Oukashou”, “Cosmonaut”, dan “Byousoku 5
Centimeter” menjadi satu-kesatuan melalui sudut pandang yang berbeda.
Temui Takaki (Kenji Mizuhashi), laki-laki yang terjebak dalam
kondisi percintaannya sendiri, terjebak dalam dua pilihan, bertahan ataupun
terus berjalan. dalam “Oukashou”, Takaki menceritakan masa kecilnya juga
pertemuannya dengan Akari (Yoshimi Kondou) melalui sudut pandangnya sendiri.
Sedangkan dalam “Cosmonaut”, Kanae (Satomi Hanamura), adalah perempuan yang
menaruh hati kepada Takaki yang baru saja pindah ke Kagoshima untuk
menyelesaikan SMA-nya. Segmen terakhir, “Byousoku 5 Centimeter” merupakan
segmen yang bercerita tentang Takaki dan Akari saat mereka menginjak umur
20-an.
Sebagai animasi dengan desain visual yang mumpuni, Makoto
Shinkai sebagai penggarap film boleh disandingkan dengan Hayao Miyazaki,
sutradara animasi kenamaan asal Jepang yang terkenal dengan filmnya, Howl’s Moving Castle. Karya Makoto
Shinkai dalam film ini tidak hanya sebatas pada kemampuannya merefleksikan
dunia melalui gambar animasi, tetapi juga perhatiannya terhadap detil-detil
terkecil, membuat film ini sarat makna.
Five Centimeters Per Second merupakan kumpulan alegori yang memaksa
penontonnya untuk menikmati film tersebut berulang-ulang. Misalnya dalam “Cosmonaut”,
Kanae yang ditampilkan sangat menyukai Takaki, rela menunggu sampai Takaki
pulang, dengan tujuan pulang bersama-sama tanpa menimbulkan unsur kesengajaan.
Takaki memang tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu. Tetapi hal tersebut juga
kembali diceritakan dengan gagalnya Kanae, sebagai peselancar untuk bisa menaklukan
ombak, kejadian tersebut berulang terus-menerus, hingga pada penutupnya, Kanae
berhasil menaklukan ombak tersebut.
Scoring dari
Tenmon untuk mengisi musik dalam film ini juga patut diacungi jempol. Kemampuannya
dalam menghantarkan perasaan penonton mengikuti aliran dalam film ini sangat
mengagumkan, musiknya tidak mendominasi, tetapi menjadi satu kesatuan dalam
gambar juga cerita. Lalu pada original
soundtrack, Masayoshi Yamazaki dengan “One More Time, One More Chance” memberikan
satu simpulan. Dalam “Byousoku 5 Centimeter”, lagu tersebut diplot sebagai penutup
dengan mewakili kejadian mereka bertiga secara keseluruhan, burst of frame, yang melingkupi satu tema besar, “berikan aku
waktu, berikan aku kesempatan sekali lagi”.
Seraya mengulang tulisan diatas yang membicarakan repetisi
dari film ini, dalam awal film diperlihatkan bagaimana Takaki dan Akari di
waktu kecil mereka, saat mereka sedang berlari dan dipisahkan oleh palang pintu
kereta, Akari dengan polos berkata, “tahun depan, maukah kita menyaksikan
mekarnya bunga sakura bersama-sama lagi?” Sebelum kereta memisahkan mereka
berdua. Memang sebuah repetisi dan alegori, nyatanya sebelum film ini berakhir,
Takaki dan Akari dihadapkan pada peristiwa yang sama, peristiwa yang pada
akhirnya... (MFA)
Comments
Post a Comment