Rating: 8.5 |
“The World is full of
things i don’t know”, adalah kata-kata Hana (Miyazaki Aoi) saat melihat
lelaki yang disayanginya bertransformasi menjadi manusia serigala. Dengan genre
fantasi juga slice of life, Wolf Children Ame and Yuki berhasil
menyajikan film animasi, dengan cerita penuh filosofinya yang mungkin tidak
pernah dibayangkan oleh banyak orang.
Digarap secara apik oleh Mamoru Hosoda, sutradara yang juga
melahirkan film animasi Summer Wars
dan The Girls Who Leapt Through Time.
Wolf Children Ame and Yuki adalah film sarat
fantasi, khas sutradara yang banyak dari karya-karyanya, berhasil menempatkan
dirinya sejajar dengan sutradara kenamaan Studio Ghibli, Hayao Miyazaki.
Hana adalah seorang wanita muda, pekerja keras yang selalu
tersenyum. Pertemuannya dengan Ookami (Osawa Takao) di lingkungan kampus,
diawali dengan rasa penasaran Hana yang melihat lelaki tersebut, selalu
mencatat pelajaran dengan serius dan antusias. Kisah cinta merekapun terbangun,
walaupun secara cepat, Hana yang mengetahui identitas sebenarnya dari Ookami
yang merupakan “manusia serigala”. Tetap berusaha merajut kehidupan seiring
dengan kedua anak mereka yang telah lahir.
Judul film diatas memang sudah bisa menjelaskan, jika Wolf Children Ame and Yuki adalah cerita
yang mengedepankan perjuangan Hana dalam membesarkan anak-anaknya. Yuki (Haru
Kuroki), anak perempuan yang pertama kali lahir ini, memiliki perangai yang
sangat riang. Yuki yang diartikan sebagai “salju” karena dia lahir saat salju
turun, memang sangat mewakilkan makna-makna yang terkandung dalam salju itu
sendiri. Dengan latar belakang sebagai keturunan manusia serigala, Yuki yang
riang harus berhadapan dengan kerasnya kehidupan manusia, saat dia harus
memilih kehidupan mana yang akan dia tempuh nantinya.
Diceritakan, bagaimana Yuki yang saat itu duduk di kelas
dua, harus bergaul dengan teman-teman sebayanya, disaat teman-teman lain
mengumpulkan bunga untuk dijadikan mahkota di taman, dan memamerkan
kalung-kalung lucu yang mereka dapat dari ibunya masing-masing. Yuki malah
mendapatkan ular dan memamerkan koleksi tulang-tulang binatang kecil yang
mungkin didapat dari masa-masa berburunya dulu, sehingga mendapat respon
negatif dari teman-teman disekitar.
Sedangkan Ame (Nishii Yukito), anak lelaki yang lahir
setelah Yuki, tumbuh sebagai anak yang pemalu dan lemah. Ame yang juga berarti
“hujan”, memiliki perasaan “dingin” dan suram yang meliputinya. Ame yang tidak
tertarik sekolah, pada saat itu, lebih memilih mendalami kehidupan alam
liarnya. Berawal dari pertemuannya dengan serigala tua di balai konservasi,
sampai pada bentuk pertemuan filosofis dengan sensei yang menjadi penjaga dari alam liar, tempat keluarganya tinggal.
Tidak ada yang salah atau benar mengenai jalan hidup yang
diambil mereka berdua. Sudah sepatutnya, setiap keyakinan adalah syarat untuk
bisa menjalani hidup dengan sepenuh dan semampunya. Ame, yang merasakan takdir
telah datang kepadanya disaat ia tumbuh dewasa, harus merelakan hidup nyaman
diantara kakak dan ibunya, untuk menjadi seekor serigala yang menggantikan sensei, seekor rubah yang mati akibat
sebuah badai yang menimpa lingkungan mereka.
Comments
Post a Comment