Setelah absen setahun dalam kancah peridolan Jakarta,
khususnya Tim J. Kali ini saya berkesempatan untuk kembali menghadiri teater
mereka, dengan tajuk “Demi Seseorang”, setlist terbaru setelah “Aturan Anti
Cinta”, pasti akan memberikan aspek yang berbeda. Selalu ada hal yang baru,
ataupun hal yang tetap sama, mulai lingkungan, member, fans, sampai setlist
yang diberikan. Yuk simak impresi
pertama saya!
“Kita mulai beranjak dewasa”. Mendapatkan hal yang
menyenangkan tentu membuat kita sangat menggebu-gebu, tetapi hal menyenangkan
tersebut sudah menjadi bagian dari diri kita, dan mungkin kita sudah terbiasa.
Medio 2012 lalu, saat “Pajama Drive” sedang hype-hype nya, euforia fans begitu besar
saat mereka menghadiri teater, begitu ramai saat mereka mengantri dan menunggu
pengundian bingo. Saat pembacaan bingopun, ada orang yang begitu senang karena
nomor bingonya disebut, dan sebaliknya, ada orang yang sangat sedih saat nomor
bingonya dilupakan dan masuk terakhir.
Kali ini (03/22), ada rasa yang berbeda, mereka masuk dengan
begitu tenang, suara satpam yang membacakan nomor bingo terdengar jelas, dan
hampir tidak ada kegaduhan berarti saat puluhan masyarakat muda ini menyemut
masuk kedalam teater.
Entah catatan tentang kita yang beranjak dewasa, atau makin
magisnya teater F(X) ini, sehingga orang yang masuk lupa siapa dirinya, untuk
apa, dan apa yang dia lakukan disini, masih menjadi misteri. Yang pasti, hari
ini fans sangat terlihat rapi dan teratur.
Banyaknya fans Jepang juga menjadi perhatian saya, tercatat
ada 6-10 orang yang datang pada hari ini, mereka juga diluar tamu undangan,
artinya mereka datang dan mengantri juga untuk mendapatkan bingo. Oke.. Nama JKT48 makin terdengar di
Jepang, setidaknya sampai orang-orang ini menyempatkan dirinya datang, entah
mereka wota luar, atau sekadar turis, tulisan saya dibawah mungkin menjelaskan.
Saya ternyata berkesempatan untuk duduk disamping rombongan nihonjin ini, kesan pertama saya,
“mereka benar-benar berisik!” Setidaknya dua orang disamping saya, si botak dan
si brewok (selanjutnya ini nama panggilan untuk mereka), untuk dua orang yang
mengobrol, perbincangannya sangat bisa terdengar, walaupun saya tidak terlalu
mengerti apa yang mereka bicarakan.
Jika saya pernah membaca tentang nihonjin yang sangat pendiam, fakta itu mentah saat saya duduk
disamping si Botak ini, dan jika banyak yang bilang fans 48 di Indonesia lebih
norak ketimbang fans 48 di Jepang, mungkin si Botak ini bisa jadi perbandingan,
jika fans Indonesia tidak melulu jelek, fans Jepang tidak melulu bagus, vice versa.
Setelah selesai berstereotip dan menguping pembicaraan si
Botak (saya sempat ketawa-ketawa sendiri denger dua orang itu ngomong, man they are so lively!), terdengar
kage-ana dari speaker, yang suaranya sudah familiar. Yap.. itu Wawa, atau Sonia yang sedang memberitahukan apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dalam teater ini.
Si Botak masih ngobrol, sepertinya dia acuh saja mendengar
kage-ana, mungkin karena ngga ngerti kali ya? Hehe. Kage-ana juga tidak semeriah masa “Pajama Drive”, saat itu
fans sangat bersemangat untuk menebak “suara siapa gerangan ini?”, sekarang? Hmm.. mereka diam, bahkan saat Wawa
memberitahukan namanya, mereka hanya bertepuk tangan seadanya. Faktor Wawa?
Atau faktor? Ahh sudahlah..
Dar! Speaker
teater seakan mau pecah saat overture digaungkan,
fuck! Anjing kaget saya. Untuk orang yang jarang sekali teateran dan
tidak terbiasa, sound teater memang sangat jelek, jelek banget, kebanting sama performa dan lighting yang sangat atmospheric,
soundnya modal kenceng doang tapi sember. Begitulah, ternyata tidak ada perkembangan yang signifikan dari audio device teater.
Ada yang menarik lagi dari rombongan nihonjin disebelah saya, saat overture
dimainkan, mereka secara reflek memeriksa ponselnya secara hampir bersamaan,
hanya untuk melihat jam. Berhubung saya memiliki mata tajam (duile, golok kali), si Botak samping saya
ini melihat jam yang menunjukan waktu di dua tempat berbeda, 14.00 di Indonesia
dan 16.00 di Jepang.
Ini baru orang Jepang, sangat mendewakan “waktu”, mereka
tahu saat overture mulai bermain, itu
tanda bahwa pertunjukan akan dimulai, dan sepertinya mereka harus memperkirakan
berapa jam, waktu yang dihabiskan untuk menonton teater ini. Trivial aja nih, dari rombongan nihonjin ini, hampir semua dari mereka
memakai ponsel yang sama, model flip
dengan warna abu-abu, sayangnya saya tidak tahu merknya apa.
Masuk ke lagu
pertama, Tsukimisou. Jika kalian
pernah mendengarkan recording collection
dari AKB48, khususnya Tim A, mungkin lagu Tsukimisou
adalah lagu yang akan kalian skip untuk mendengarkan lagu selanjutnya, man.. lagu ini memang terdengar aneh.
Tetapi karena ini teater, mungkin Tsukimisou adalah lagu yang memang diciptakan untuk keperluan
teater. Analoginya, saat anda menonton bokep
(maaf yang dibawah umur!) dan anda hanya mendengakan suaranya saja, tentu anda
lebih suka yang visual, karena mendengarkan suaranya tidak jauh dengan suara
orang kepedesan.
Voila, Tsukimisou ternyata memang memberikan
pembukaan yang manis, koreo yang fun
dan simple tetapi sepertinya sangat
susah dilakukan, lalu dengan suasana matsuri,
Tsukimisou menyentak perasaan saya
jika lagu seperti ini tidak ada di setlist
sebelumnya, dengan catatan anda harus menontonnya langsung. Disini Haruka
sangat menyenangkan untuk diperhatikan, walaupun terlihat gendut, tetapi
kecantikannya tetap terpancar, dan well..
gerakannya sangat luwes, bawaan
lahir kali ya? Hehe..
Rasa excited saya
membuncah saat Tanjoubi No Yori dimainkan,
aransemennya sangat menyenangkan, ini lagu enak yang bisa membuat kepala anda
mengangguk dan badan anda bergoyang. Dua jempol deh buat eyang Akimoto, Melody jadi yang paling “cerah” disini, seakan-akan
mukanya tuh tidak bisa membiarkan pandangan kita beralih, hmm bingung? Pikirin sendiri..
Jengjeng! MC
pertama dan jikou masuk, masih
seperti biasa, Nabilah mendominasi, dengan Melody sebagai penengahnya, that’s a shit duo. Ternyata, tema MC
juga bisa dipilih oleh fans, seperti “tema titipan” gitu deh, sangat positif
untuk membangun bond antara
fans-member, lagipula biar ngga keabisan ide ya mbak? Hehe.
Tidak banyak perubahan dalam jikou, beberapa bahkan masih suka mengucapkannya dengan cepat,
sehingga fans tidak bisa mendengarnya dengan jelas (ngga usah disebutin, yang
nyadar aja!). Masih banyak member call
seiring berjalannya jikou, pengen banget diwaro? Tetapi ngga
apa-apa, toh masih dalam tahap wajar.
Jikou yang menarik
perhatian saya adalah frasanya Ghaida, sangat-sangat authentic, dari jaman “Pajama Drive” sampai sekarang, nada tinggi
dan kata-kata “kamen raider, henshiiin~”
masih membuat saya kagum, setidaknya saya tersenyum melihat tingkah lucunya.
Salah satu member senpai yang menjadi
panutan bagi kouhai-nya.
Pertunjukan kali ini juga diwarnai dengan kehadiran trainee! Dia adalah Novinta atau yang
akrab disapa Nobi, hmm.. Untuk
kaliber trainee, ikut dalam setlist
ini merupakan pelajaran yang berharga, dan patut digarisbawahi, performa Nobi
dalam tiap lagu tidak mengecewakan, maksudnya dalam kertas berwarna putih,
bintik hitam akan selalu terlihat, tapi Nobi tidak, she’s good.
Alright, masuk ke
sesi unit song, sesi yang paling saya tunggu. Bagi saya, sesi ini menawarkan
banyak cerita dan kenangan, untuk bisa dicari dan dibincangkan. Suasana masih
gelap, saya belum ngeh lagu apa yang
akan dimainkan, tiba-tiba fans dalam teater mulai bergemuruh, begitu juga hati saya.
Kira-kira dua tahun lalu, saat Takamina datang ke Indonesia
dan menyempatkan dirinya di-bully di
Dahsyat, Olga meminta Takamina untuk menyanyikan sebuah lagu, dengan lugunya,
Takamina akhirnya bernyanyi, tanpa diiringi backsound,
hanya sedikit kecha dari para fans di
Jakarta, lagu ini menggaung di studio, dan menembus relung hati terdalam saya
akan sebuah lagu dengan nada eksentrik dan keren (walau pada saat itu saya
menontonnya melalui tv).
Tidak banyak yang tahu lagu itu apa, setidaknya bagi para
penonton alay di Dahsyat. Tetapi
sekarang, saat efek mendem yang
menjadi opening BGM Bird dimulai, beriringan
dengan menyalanya spotlight berwarna
putih, saya menyadari bahwa, “ini unit song paling keren, lagu yang paling saya
dambakan untuk saya tonton langsung.”
Selebihnya, untuk empat menit kedepan, mata saya tidak bisa
terlepas dari pusat panggung, disana berdiri wanita, memakai sayap putih, dan
kecil, didampingi dengan temannya yang memakai sayap putih di kiri dan sayap
hitam di kanan.
Saat beratus-ratus jam hidup saya dihabiskan untuk surfing di internet, saya sering mengulang
video-video saat Takamina menyanyikan Bird,
bersama Mariko dan Maimai, dan saat saya dihadapkan dengan lagu yang sama di
teater JKT48, saya bergidik, ternyata wanita di pusat panggung yang bernama
Melody itu sangat mirip dengan Takamina. Kecil, tetapi memberikan dampak yang
besar.
Patut dicatat, tentang atmosfer yang ditampilkan oleh lagu
ini, semuanya saling melengkapi, dari BGM, kualitas vokal, lighting, sampai ornamen-ornamen seifuku-nya, they put the
detail on it.
Contohnya, saat masuk ke reff
dengan kata-kata, “aku adalah burung yang lupa untuk caranya terbang”,
seiring dengan hentakan koreo yang menirukan gaya terbang burung, ornamen sayap
yang dipakai Melody mulai rontok, sehingga beberapa bulunya terbang di sekitar,
bulu terbang yang tersorot spotlight
itu memunculkan efek teatrikal.
Itu menganalogikan sebuah pernyataan jika, rontoknya bulu
burung, adalah sebuah pertanda hilangnya “mahkota”, sesuatu yang berharga yang
dimiliki oleh objek, dan aspek-aspek dalam Bird
ini menunjukan detilnya.
Anda bisa bilang saya idiot,
berlebihan, atau mengada-ada, tetapi hal tersebut adalah hal-hal yang benar ada
di pikiran saya. Suara Rica juga patut diacungi jempol di Bird, dengan plot yang sama seperti Maimai, keduanya memiliki suara
bagus, dan yang lebih penting, suara mereka distinctive.
Selanjutnya gerombolan loli
merangsek masuk untuk menyanyikan Jatuhkanlah
Semua Dengan Kiss Bye!, ya member
yang dipilih adalah member yang masih muda, secara umur, entah secara muka,
karena ada Gaby dan Shanju disini, hehe..
mereka masih muda, tetapi terlihat tua.
Biasanya kalo yang loli-loli
gini ada Cigul sama Rena, tetapi sangat disayangkan, selepas perginya mereka –
Rena yang concurrent dan Cigul yang graduate – Nabilah dalam lagu ini sangat
mendominasi. They literally dominated
them. Wawa biasa saja, paling hanya Shanju yang bisa mengimbangi Nabilah.
Lagunya enak, bisa buat sing-along,
dan chant-able banget, artinya disini
anda bisa menghabiskan suara anda untuk berteriak, dan member call akan sangat disarankan.
Lalu unit song selanjutnya adalah Shinkirou yang bisa diartikan sebagai Mirage, tetapi pengertian bergeser dalam bahasa Indonesia menjadi Khayalan. Jika anda pernah menyaksikan Temodemo no Namida dan Higurashi no Koi, dua lagu itu merupakan
lagu yang sangat ditunggu-tunggu. Bukan apa-apa, karena plotting-nya yang hanya membutuhkan dua member atau duo, lagu ini banyak memberi cerita
member dibaliknya.
Jeje dan Melody, Laksani Sisters, Ikha dan Thata, Haruka dan
Stella, pasti menjadikan lagu-lagu duo
sebagai batu loncatan atas cerita dan perjalanan mereka. Nah.. Di Shinkirou,
member yang kedapatan pada hari itu diplot adalah Haruka dan Veranda.
Lagunya sangat sentimentil, lalu dengan seifuku yang menyerupai pengantin, dan dukungan asap dari smokegun, membuat lagu ini benar-benar tabik! Jika saya berspekulasi, kehadiran
Stella di JKT48 akan membuat peran Veranda tergeser, dan tentu saja,
Haruka-Stella di Shinkirou akan
melahirkan duo bombastis 2014, tetapi
jika yang ada Veranda pun tak apa, duo ini
setidaknya bisa menjadi “badai”.
Rider menjadi lagu
terakhir dalam sesi unit song ini, aneh, mengingat Seifuku ga Jama wo Suru juga merupakan unit song, tetapi nyatanya
sesi tersebut diputus oleh MC. Lagu Rider
merupakan lagu yang saya tidak antisipasi kehadirannya. Tapi ternyata saya
salah, lagu ini natural dan sangat enak untuk dinikmati, kredit untuk Ghaida
dan Frieska yang memainkan perannya dengan sangat baik, sangat menyenangkan
melihat kalian.
Sayangnya Nobi disini terlihat kaku, sepertinya Nobi menari
dengan beban sehingga tidak leluasa dalam bergerak. Tetapi tak apa, setidaknya
Nobi memperlihatkan senyum natural dengan berusaha bermain panggung itu, mereka
tidak bekerja, dan itu bagus. Koreo Rider
juga memiliki kredit tersendiri, sangat terlihat menyenangkan dan gerakan saat
mereka sejajar, lalu memutarkan badan perlahan dari kiri ke kanan, meninggalkan
kesan tersendiri bagi saya, simply
beautiful.
Masuk sesi MC kedua! Frieska berkembang banget coy! Dahulu malu-malu, sekarang dia bisa
memimpin percakapan, dia juga mempertahankan logat sundanya, bersama Teh Melo,
keduanya juga suka random banget
ngeluarin bahasa-bahasa sunda aneh, haha kocak!
Lagu yang ditunggu-tunggu akhirnya hadir juga, Seragamku Menghalangiku, aww! Ini lagu dari judulnya aja udah
ambigu banget. Dulu waktu JKT48 masih hipster-hipsternya,
ada forum yang mendiskusikan, “lagu AKB48 apa yang tidak pantas disadur oleh
JKT48?”. Yoi, mengingat budaya jepang
yang nyerempet-nyerempet hentai,
selalu ada lirik seduce yang bisa
bikin fans “kembang-kempis” nantinya.
Nah, lagu Seragamku Menghalangiku atau Seifuku ga Jama wo Suru ini juga masuk
hitungan, sejajar dengan Dear My Teacher
dan Kuchi Utsushi no Chocolate.
Pokoknya, lagu-lagu ini tabu banget deh dibawain di Indonesia, dan saya
berkesempatan menyaksikannya.
Untuk lagu yang ini ingatan saya sedikit blank, mungkin terlalu jauh karena saya
berada di row terakhir bersama para nihonjin ini. Satu kata buat ini lagu, edan! Mungkin disini perasaan kalian
bakal dilematis (saya tepatnya), diantara ingin menikmati pertunjukan, sama
miris, “aduh ngga tega ngeliatnya,
sangat tidak pantas”.
Mulai dari momen “AH” pada saat bridging, sampai koreo “menyibak rok” pada reff, kesemuanya membuat saya masuk kedalam tahap guilty pleasure. Man, saya menikmati dan saya merasa bersalah. Anda yang pernah
menyaksikan lagu ini juga melihat sesuatu yang saya juga lihat, bisa disimpan
baik-baik dalam hati, yang pasti, jika saya berkesempatan untuk datang ke show selanjutnya, row paling depan merupakan kewajiban.
Anggap diatas adalah testimoni saya sebagai lelaki sejati.
Selanjutnya masuk lagu Adyth, sedikit
membahas judul lagunya, kenapa judul asli Koike
yang katanya nama lelaki di Jepang, harus diganti dengan Adyth, atas dasar apa? Lalu, siapa pula Adyth? Tidak ada perbendaharaan nama indonesia yang cocok dengan
nama tersebut, Adit bisa, Adib boleh, kalo Adyth?
mungkin Adyth terlahir dari keluarga alay, sehingga bapak-ibunya tidak bisa
membedakan mana “i” dan “y”, mana “s” dan mana “x”.
Padahal jika kita menganalisis nama Koike, nama tersebut
sering digunakan untuk nama pemuda daerah yang sangat religius di Jepang, maka
dari itu, JKT48 mungkin bisa memakai judul dengan nama yang agak kedaerahan,
seperti Slamet, Joko dan sebagainya. Canda
yaa..
Skip, anggap aja Adyth merupakan nama yang dipakai untuk
menghindari konflik kepentingan, masalahnya jika digunakan ejaan yang benar,
dengan memakai “i” ketimbang “y”, orang-orang malang yang terlahir dengan nama
Adit mungkin sudah menghilang, akibat banyaknya kecemburuan sosial yang
diakibatkan fans dengan nama lain.
Sori, kali ini saya
tidak bisa menahan untuk mempermainkan lagu ini, pasalnya ini lagu unik dan
lucu banget, hahaha.. Saya
membayangkan, jika Adyth adalah orang
yang sangat ganteng, Veranda aja sampai tergila-gila padanya, dengan menyebut
namanya berkali-kali, membayangkannya sebagai snack, kudapan lezat yang bisa dimakan atau disimpan sampai
kapanpun, memang, merupakan analogi yang aneh.
Kredit buat Veranda karena membawakan lagu ini dengan apik.
Sesi monolognya sangat bercerita, dan jika plotting
yang dipilih memang Veranda, saya rasa pilihan itu cocok, mengingat dia adalah
tipe cewek pendiam, tetapi menyimpan suatu yang dalam, dianalogikan sebagai
gunung es, kecil diatas, besar dibawah. Cool.
Sambil berjalan mengitari panggung, Veranda berujar, “aku
kaget liat Adyth, yang dulu bilang aku akan selamanya mencintaimu, datang bawa
pacar. Rasanya seperti ngasih baju bekas ke temen, tapi setelah kita lihat dia
pake baju itu, kita jadi nyesel, padahal kan ngga cocok buat aku.”
Frasa monolog Veranda bisa kalian maknai sebagai pernyataan
diskriminatif Jepang tentang terminologi “onna”
yang menyedihkan. Tidak apa, itu pilihan
anda, Veranda sebagai perempuan arogan, mau menangnya sendiri, dan bisa
menyimpan lelaki sebagai objek, semuanya dilakukan dengan penghayatan.
Saya rasa Veranda mempunyai hal yang harus dimiliki oleh performer, yaitu keseriusan, ngga peduli
jika kalimatnya terdengar tolol dan bodoh, tetapi saat menjalaninya dengan
serius, kalimat tersebut akan memberikan dampak yang hebat. Sebagai fans yang picky, saya juga memilih Melody, dia
terlihat lucu saat menari menggoyangkan tangannya pada saat reff, that’s kawaii!
Oke, Natsu ga Ichatta
dan Tsuki no Katachi tidak memberikan
efek apapun, jadi saya memilih untuk tidak membahasnya, biarlah hal itu menjadi
tugas orang lain. Selanjutnya adalah lagu paling kontemplatif, paling adem,
paling tenang dan paling zen. Lagu
itu adalah Demi Seseorang, atau Dareka no Tameni~ (baca judulnya dengan
nada).
Apa yang bisa saya bicarakan tentang Demi Seseorang? Lagu ini menyentuh kemanusiaan saya? Iya. Lagu ini memberikan energi baru
bagi saya? benar, dan fakta jika lagu
ini merupakan lagu tema yang dipakai pada Tohoku Disaster Stricken Area,
membuat saya berpikir, “seenggaknya Jepang tidak meng-goro-goroi kita, ada hal
positif yang bisa kita ambil”.
Kritik aja nih buat JOT, melihat AKB48 dengan Dareka no Tameni yang bisa memeluk
Jepang saat ditimpa musibah, ayo buat JKT48 juga bisa melakukannya, banyak
musibah yang menimpa Indonesia dan membutuhkan penyemangat, sayang kalo
pesan-pesan damai Demi Seseorang hanya
sebatas di F(X) saja, rugiii!
Dari segi suara, member membawakannya dengan indah, sangat
enak untuk didengar. Nuansanya juga “mancing” banget, disini saya lebih suka sing-along dan tepuk tangan daripada
nge-chant, tapi terserah juga sih,
kalian kan nonton buat happy? Ye gak, masa aturannya belibet banget.
Kalo kalian mendengarkan rekamannya dengan seksama, ada
beberapa backsound vokal yang
mengiringi lagu, mungkin itu bisa dijadikan pedoman untuk diikuti. Lebih keren
aja, jika backsound “wouwouwowowo”
bisa lebih membahana dengan bantuan para fans, yakin, saya bakal lebih
“merinding” lagi dari sebelumnya.
Oke, akhirnya member mulai pura-pura meninggalkan tempat,
patut dicatat, walaupun lagu ini merupakan lagu terakhir, selalu ada encore dan masih ada lagu-lagu lainnya.
Walaupun saya juga pernah mendengar kasus, tentang lagu terkhir yang menjadi
benar-benar terakhir, karena encore
yang tidak digaungkan. Hmm.. jadi
pengen ngerasain juga, tapi rugi ah seratus ribu, hahaha!
Lampu mulai mati, melemaskan badan karena duduk tegak selama
sejam lebih sangat menyegarkan, abis gimana, kursi ngga niat ini emang sering
bikin pantat orang yang duduk disitu ledes,
bela-belain bayar seratus ribu tapi kursinya gini, untung JKT48 yang main! Cie gitu marah..
Skip, tidak lama saya
mengistirahatkan diri, suara serak dari orang yang tidak sabar mulai membahana,
terdengar seperti meminta bantuan agar pertunjukan diteruskan,”minnasan, ankoru iku zo! Ankoru! Ankoru!”
IMO aja nih, sepertinya hari ini encore terdengar kurang bersemangat, termasuk saya, yang sepertinya
lebih suka menepuk tangan daripada ikut teriak-teriak, capek coy! Nah si Botak
samping saya, mulai ketawa-tawa ngga jelas sama temennya, keliatannya sih kaya
nyinyir gitu denger encore call dari
fans lain.
Lalu si Botak dengan temennya mulai ikutan teriak “ankoru!” sambil ketawa-tawa, mau ngga
mau hal itu juga membuat saya tertawa, karena melihat “keajaiban” mereka.
Dengan cepat member kembali masuk, menggunakan kaos ketat
abu-abu dan celana gemes ala Shiroi Shirt, mereka mulai menempati dance spot, untuk memulai medley. Dari semua setlist JKT48 yang pernah saya tonton, tidak ada setlist yang pernah berisikan Medley sebelumnya, saya pun pada saat
itu belum tahu apa maksud dari terminologi
medley.
Tiba-tiba lagu yang sudah sempat booming kembali terdengar, anjing!
Ini Aitakatta! Seakan mengamini gelora dalam hati saya, si Botak disamping
juga mulai menggila, setelah biasanya dia dan temannya hanya berdiam diri dan
fokus pada panggung, sekarang mereka mulai ikut meramaikan diri dengan chant-nya.
Saya belum pernah menyaksikan Aitakatta secara langsung, karena sejujurnya tingkat nge-live saya hanya sebatas teater, tidak
pada tempat lain, jadi maklum kalo saya agak sedikit norak. Ketika saya
menyaksikannya, adrenalin saya seperti dipantik, ibarat musik metal, jika Heavy Rotation adalah lagu yang cocok
untuk anda headbanging, Aitakatta adalah lagu yang bisa memanaskan
area moshpit ketika anda melakukan moshing.
Tiba-tiba ditengah, lagu mulai berganti dengan aransemen Kimi no Koto ga Suki Dakara, lagu yang
pertama kali mempertemukan saya dengan Haruka. Ternyata medley seperti ini, entah kenapa setlist ini dengan formasi lagunya, sangat-sangat bikin nagih.
Ternyata gejolak euforia saya tidak berhenti sampai disini, Baby! Baby! Baby! masuk menggantikan
lagu KimiNo yang sangat meriah
terdengar. Setelah capek berteriak-teriak “daisuki!”
dalam bagian medley sebelumnya, Baby! Baby! Baby! sebagai medley selanjutnya menghadirkan perasaan
senang dan menyenangkan.
Karena medley merupakan
komoditas yang bisa ditawarkan setlist ini,
saya tidak akan berbicara sepenuhnya, biarkan kalian yang membaca menjadi
penasaran sehingga memutuskan untuk datang ke F(X) dan menyambangi teater. Oke, masuk ke lagu terakhir, Namida Uri No Shoujo menurut saya
menghadirkan lagu kontemplatif yang menyedihkan, cuman sayang veranda dalam
plot rap-nya tidak terlihat
mendominasi, untuk sekarang lagu ini masih so-so
lah.
Comments
Post a Comment