Rating: 7.0 |
Ketidakteraturan itu sendiri adalah sebuah keteraturan,
setidaknya itulah kata-kata yang menggambarkan Tekkonkinkreet. Film garapan Michael Arias yang digubah dari manga karya Matsumoto Taiyo ini, mungkin
merupakan film animasi dengan background
art paling mencengangkan dari semua film animasi yang pernah saya lihat.
Saya tidak akan mengatakan ini adalah film yang simpel;
tipikal Jepang. Tekkonkinkreet
menyajikan gambar-gambar memusingkan, background
art yang menjadi latar belakang adalah pembenturan dari hampir semua budaya
yang ada di dunia, semuanya dicampur-adukan menjadi satu, dalam sebuah setting
yang disebut Treasure Town.
Treasure Town sendiri adalah kota sumpek kehidupan, tempat Kuro (Kazunari Ninomiya) dan Shiro (Yu
Aoi) tinggal dan bertahan hidup sebagai anak jalanan. Tekkonkinkreet menceritakan perjuangan mereka berdua dalam
mempertahankan Treasure Town, rumah mereka, dari gerombolan yakuza, sampai
mafia licik serta para pembunuh bayarannya yang berencana membangun taman
bermain besar di kota Treasure Town tersebut.
Film ini sadis, juga banyak menampilkan darah di setiap
adegannya. Visualisasi karakter yang ada didalam Tekkonkinkreet ini juga banyak membuat saya bergidik, artwork nya sedikit “mengganggu”, mulai
dari bentuk badannya, sampai ke gestur mereka, tidak mengingatkan saya pada
dunia sedikitpun.
Memang pure imaji,
Tekkonkinkreet menyajikan banyak cult yang mungkin merepresentasikan
buruknya dunia melalui penggambaran meta-fisis, dan gambar-gambar lucid sebagan transisi antar adegannya,
entah. Semuanya memang diceritakan sebagai simbol, nama mereka pun, yang merupakan arti kata dari
hitam “kuro”, dan putih “shiro”. Secara harfiah mungkin adalah
perwujudan dari sebuah bentuk yang sebenarnya tidak akan bisa digabungkan,
seperti yin, juga yang.
Sayangnya saya tidak merasakan klimaks dalam film ini, walaupun
dibidani oleh banyak publisher
kenamaan macam Studio Ghibli, Aniplex, dan Studio 4°C, Tekkonkinkreet tidak terlalu memuaskan secara dramaturgi. Tetapi,
dampak dari cult dan simbolisasinya
masih terbayang jelas dalam benak saya. Sebuah cerita, cerita tentang dua
kekuatan kecil yang saling berseberangan, muncul untuk mengatur sebuah kehidupan
yang penuh ketidakteraturan. Ketidakteraturan dengan ketidakteraturan, ordo ab chao.
“This is Planet
Earth, Agent White.”, “Do you read
me, over?”, “Today i kept peace on this planet.”, “Over?”, “This Planet’s very peaceful.”, “Over and out.” –Shiro.
(MFA)
Comments
Post a Comment