Skip to main content

Writer’s Pick: Music Speak #1

Okay.. setelah tidak lama menulis karena kesibukan magang dan perayaan jauh sebelum pra kelulusan (skripsi maksudnya), saya akan mencoba membuat sebuah kompilasi, tentang musik-musik yang sedang sering saya dengar, dan pandangan saya tentang musik tersebut.
Musik bercerita, dan setiap orang yang mendengarkan musik tertentu pasti memiliki pemaknaan tersendiri tentang musik itu. Banyak yang ingin saya tuangkan, tetapi jika hanya berbentuk curhatan pasti akan terlihat basi dan ngga enak dilihat, jadi biarkan saya yang malu-malu ini, berkeluh-kesah dengan diwakilkan oleh lagu, and then, let the music speak..

1.        FOUR GET ME A NOTS – Song of The Cloud. Banyak trio band punk yang bisa menggugah selera musik saya, tetapi FOUR GET ME A NOTS mungkin adalah satu-satunya yang melekat, perpaduan suara vokalis wanita dengan harmonisasi masing-masing pentolannya, banyak menenggelamkan diri saya dalam sesi sentimentil, tanpa harus terlihat sedih.

Dari semua lagu FOUR GET ME A NOTS yang memikat, saya memilih Song of The Cloud, disini suara Takahashi Chie (lead vocal, guitar) sangat berkarakter dengan agak mendayu, diiringi dengan ketukan snare dan petikan gitar yang berirama.

Dari segi lirik, lagu ini bercerita tentang kehidupan yang terus berjalan, bagaimanapun buruk atau baiknya seorang manusia menjalaninya, hal tersebut terlihat dalam penggalan lirik yang berisi, “the hellos and farewells, keep repeating itself, leaving memories images, the season will keep on changing”. FOUR GET ME A NOTS coba menyampaikan, seberapa buruknya hidup yang kau jalani, kau harus bisa menghargai dan mensyukurinya, dan hal tersebut sangat berarti bagi saya.


2.       Masayoshi Yamazaki – One More Time One More Chance. Sebuah masterpiece, lagu yang menjadi theme song untuk “Byousoku 5cm per Second” ini memang terinspirasi dari sebuah kisah yang sangat emosional. Lagu ini dibuat Masayoshi Yamazaki untuk mengenang kepergian istrinya yang meninggal akibat Gempa Kobe, Jepang.

Liriknya memang tidak secara sentimentil menggambarkan sesuatu kesedihan karena ditinggalkan, tetapi apiknya imajinasi Masayoshi Yamazaki dalam menggubah lirik, menjadikan lirik ini lebih bercerita tentang perasaan bersalah, penyesalan dari perspektif orang pertama.

I am always searching somewhere for your fragment, At the destination's shop, At the corner of the newspaper, Even though I know you won't be there, If miracle was to happen, I want to show it to you right now, A new morning, myself , And the "I love you" which I couldn't say”.

Dari penggalan lirik diatas, penyesalan memang datang belakangan, dan saat kita menyesali sesuatu dan terus larut didalamnya, tidak ada yang bisa dilakukan selain meratapinya, setidaknya ini makna yang bisa diambil dari lagu itu. (Lagu ini berbahasa Jepang)

3.       Northern 19 – Lost & Found. “Playback all the time in we’re together, we just believed it’s forever, there’s no answer and no way out, i’m sorry i missed you”. Lagu ini bercerita tentang perjuangan seseorang dalam merajut kehidupan asmaranya, kadang naik, kadang turun, dan kadang harus berhenti.

Saya pernah membaca sebuah kata-kata bijak, jika kekalahan manusia itu bukan ditandai dengan hilangnya sesuatu yang kita inginkan, tetapi kekalahan adalah saat dimana kita memutuskan untuk menyerah.

Hidup memang tidak mudah untuk dijalani, tetapi seiring dengan berkembangnya tubuh kita, dunia juga melakukan hal yang sama, ya.. mereka terus berputar, dan selalu ada kemungkinan dalam setiap kemungkinan.

4.       Seems Like Yesterday – Drown In Naked Air Revenge. Lagu ini pernah menjadi favorit saya sewaktu SMA, dengan balutan musik emo dan vokal almarhum Brutz yang sangat otentik, lagu ini memang pantas untuk saya dengarkan kembali.

Yang namanya emo, pasti ngga jauh-jauh dari suasana patah hati atau ekses dendam kesumat dari kekecawaan yang begitu hebat. Tetapi lagu ini ngga se-lebay itu, walaupun masih sama karena memang temanya banyak menyalahkan diri sendiri, dan sangat negatif, lagu ini bercerita tentang sisi kontemplatif akan orang yang sedang patah hati.

I know i’m nothing for you, but i’ve tried do the best for you, and the story’s ending”, dengan liriknya yang sangat menyedihkan, lalu suara Brutz yang tinggi, lagu ini sukses mengombang-ambingkan saya dalam kisah cinta tak berbalas, haha anjing.


5.       Bars of Death – A.C.A.G (All Cops Are Gods). Walaaa! Sebuah formasi yang pasti sangat diantisipasi para penikmat musik underground, kali ini M.V dan Sarkasz kembali reborn, tidak dalam Homicide tetapi dalam grup rap kolektif yang lebih ngeri, yaitu Bars of Death.

Pasti mereka sedih, jika lagu yang keluar dalam kompilasi “Memobilisasi Kemuakan” ini saya sandingkan dengan lagu-lagu sentimentil diatas, tetapi ngga apa-apa, takdir tidak selalu mempertemukan kita dengan baik, dan tugas manusia itu sendirilah yang membuatnya menjadi baik.

Pas banget denger lagu ini pas jaman-jamannya pemilu, saat pemilu capres sebentar lagi akan diadakan, eh kompilasi ini muncul, mendobrak, mengobrak-abrik, selaiknya wahyu yang jatuh dari langit. Dari segi musikalitas, lebih apik dari sebelumnya, lebih sadis dari sebelumnya, dan tentu saja matang.

Semua yang mengerti tentang akronim diatas, walaupun perbedaannya hanya pada satu huruf terakhir, judul tersebut sudah bisa menjelaskan jika lagu ini akan bercerita tentang apa. The biggest gang of the world, lagu ini bercerita tentang fasisme institusi, dan sepak terjangnya untuk “mengadili”. (MFA)  

Comments

Popular posts from this blog