Beberapa orang mungkin sudah lama terjun dalam dunia idol fandom, beberapa orang lainnya
tidak. Di Indonesia sendiri, idol fandom
merupakan fenomena baru, tetapi mampu menarik perhatian orang dari berbagai
kalangan. JKT48 yang merupakan host
dari masuknya subkultur budaya idol
fandom memunculkan banyak fans-fans baru, entah fans tersebut tertarik karena
penampilan atau lagu-lagunya, semua bisa dikesampingkan.
Bicara JKT48 tidak bisa dilepaskan dari pionirnya di Jepang
sana, AKB48. Banyak fans di Indonesia yang merasa tertarik dengan grup idola
kenamaan Jepang ini, ada juga yang tidak. Merupakan hak semua orang untuk
menentukan pilihan, tetapi tulisan ini memang didedikasikan untuk para fans,
khususnya di Indonesia, yang tertarik dan ingin mendalami grup yang sampai saat
ini memiliki 88 orang anggota.
Mulai dari 2006
sampai 2013, diperkirakan AKB48 telah melahirkan lebih dari 200 lagu, hal
tersebut belum termasuk banyaknya single,
lagu yang dibuat untuk sub-unit, team shuffle, dan lagu-lagu solo,
mungkin bisa lebih dari 500 lagu secara keseluruhan.
Lalu, mulai dari mana? “AKB48 Studio Recording Collection”
bisa menjadi sebuah pilihan. Hal tersebut merupakan rekaman masif dari
lagu-lagu setlist teater AKB48,
dimana setlist tersebut dibagi
menjadi tiga kategori besar, Tim A dengan enam buah setlist, Tim K enam setlist,
dan Tim B dengan lima setlist. Secara
keseluruhan setlist tersebut diisi
oleh lagu yang berbeda-beda, dimana setiap setlist-nya
berisi dari 14 lagu atau lebih. Tidak hanya itu, “AKB48 Studio Recording
Collection” juga diisi oleh setlist dari
Tim 4 dengan satu setlist dan Tim
Himawari dengan dua setlist.
Bisa dibayangkan ada beberapa banyak lagu dalam setiap setlist-nya, dan jika kalian tertarik
untuk mendalami, berikut ini akan penulis sajikan koleksi-koleksi rekaman dari setlist AKB48 yang patut atau wajib
kalian dengar.
Team A 1st Stage
“Party Ga Hajimaru Yo”
“Party Ga Hajimaru Yo” merupakan setlist “wajib” bagi beberapa tim, tidak hanya tim di AKB48, tetapi
juga tim di grup 48 lainnya. Hal itu berarti antara Tim A dan Tim K, serta
tim-tim di SKE48, HKT48, dan NMB48, pernah membawakan setlist ini. Walaupun hanya dua saja setlist recording yang diluncurkan, yaitu dari Tim A dan Tim K,
tetapi setlist ini memiliki dampak
besar dalam perkembangan grup 48 secara keseluruhan.
Diantara kedua setlist
yang sama tersebut, saya memilih untuk merekomendasikan “Party Ga Hajimaru
Yo” dari Tim A. Mengapa? Jelas, “Party Ga Hajimaru Yo” merupakan setlist debutan mereka yang ditampilkan
pertama kali pada pertunjukan teater, dibawakan oleh generasi pertama, yang
akan menjadi cikal bakal Tim A. Mereka berhak karena mereka adalah pionir, nuff said.
Team 4 1st Stage
“Boku No Taiyou”
Bisa dibilang, saya adalah salah satu penggemar berat Tim 4.
The old Team 4, tempat dimana tim
masih beranggotakan Shimazaki Haruka, Shimada Haruka, Oba Mina, sampai Mori
Anna, member yang sudah graduated.
Mereka berkesempatan untuk pertama kalinya merasakan Tim 4, karena memang Tim 4
pada saat itu baru saja dibuat, untuk mengakali mereka sebagai 9th generation yang merupakan “generasi
emas” untuk bisa promoted, sementara
tidak ada slot tim yang tersisa saat itu, setelah sebelumnya Yokoyama Yui lebih
dulu promoted ke Tim K.
“Boku No Taiyou” adalah setlist debutan Tim 4, tetapi jauh
sebelumnya, setlist ini sudah pernah dimainkan oleh Tim Himawari, tim temporer
yang berisi Tim A dan Tim K, serta beberapa kenkyuusei,
pada tahun 2007. Tim Himawari memang sukses membawakan setlist dengan
jumlah 16 lagu ini, tetapi seperti AKB48 yang tidak hanya menjual musik,
mengikuti bagaimana “Boku No Taiyou” dibawakan oleh Tim 4, lebih menyenangkan
karena dipenuhi oleh cerita juga kenangan dibaliknya.
Debut pertama mereka atau shonichi pada hari itu, bisa dibilang jauh dari kata sukses. Karena
tim yang belum komplit, beberapa member dari 10th generation dan 11th
generation kenkyuusei diplot untuk mengisi kekosongan yang ada. Sialnya
lagi, Oba Mina, member yang ditunjuk menjadi captain Tim 4, harus mengalami “hukuman” karena skandal enjo kosai-nya terkuak, sehingga tidak
bisa tampil pada hari itu dan harus menyerahkan titel kepemimpinannya kepada
Shimada Haruka.
Dari keseluruhan setlistnya, kita tidak perlu berulang-ulang
kali mendengarnya untuk menjadi suka. Selain dari segi kemampuan vokal yang
sudah memenuhi standar, mayoritas dari lagu-lagu tersebut bertema “semangat”
dengan aransemen up-beat yang
menyenangkan. Selayaknya cerita, selalu ada kata tamat dalam sebuah kisah. Lagu
Boku No Taiyou yang dinyanyikan Tim 4
setelah munculnya pengumuman jika tim mereka akan “berpisah”, saat konser
“1830m” di Tokyo Dome, menjadi penutup yang manis dikala air mata mereka
berlinang, tatkala berusaha untuk mengikuti nada dan tetap bernyanyi,
“The bad things
Everyone has at least one
To look down and feel sad
Is no good
That sky of the heart
Until it clears up,
I'll aim for the top”.
Everyone has at least one
To look down and feel sad
Is no good
That sky of the heart
Until it clears up,
I'll aim for the top”.
Team K 3rd Stage
“Nounai Paradise”
“Nounai Paradise” menurut saya adalah sebuah revelasi,
tentang bagaimana ciamik-nya sepak
terjang Tim K generasi pertama, dalam menyejajarkan kehadirannya dengan Tim A
yang “pionir”. Bentuk manifestasi Tim K yang terlahir “kuat”, “jenaka”, “memiliki
keahlian” sampai pada kata-kata true
entertainer. Tim K memiliki ikon-ikon yang kehadirannya memberi warna
tersendiri bagi dunia-48 sampai ke entertainment
industry di Jepang sana. Sayang, hanya beberapa lagu anthemic yang menjadi hits,
mengingat betapa indie-nya mereka
perihal identitasnya yang tidak market-able.
Tetapi “Nounai Paradise” berhasil mementahkan hal tersebut,
melalui Tim K, dengan 13 lagu, setlist ini bergerak menjadi salah satu yang terlengkap, mulai dari kekayaan
aransemen sampai tema-tema lagunya, tetapi tetap terkait satu sama lain.
Kumpulan unitsong dalam “Nounai
Paradise” pun menjadi yang terbaik diantara paket unitsong di setlist-setlist lainnya. Mulai dari suara husky Oshima Yuko yang berdiri sendiri
dalam Nakinagara Hohoende, sesi anthem ala classic rock dari trio diva
dalam MARIA, dominasi MIDI sarat
fantasi di Kimi Wa Pegasus, duo kawaii di Honehone Waltz, sampai pada rombongan sirkus yang enerjik dan
jenaka dalam aransemen ala karnaval di Kurukurupa~,
mantap!
Akimoto Sayaka, yang
merupakan salah satu ikon dari Tim K, adalah personifikasi dari tim itu
sendiri. Akimoto Sayaka tidak lucu secara penampilan, badannya cenderung keras
dan berotot, kelakuannya terkadang minus dengan julukan “gorila” yang melekat.
Tetapi itulah yang menjadikan Tim K, apa adanya tetapi tetap berusaha untuk
terus menghibur. Saat konser graduasi Akimoto Sayaka dihelat, ribuan fans
dengan sepenuh hati melambaikan lightstick
berwarna hijau, identik dengan padang rumput yang mengalun tenang disaat
angin berhembus. Seperti lagu Sougen No
Kiseki (The Miracle of Grasslands) yang merupakan bagian dari “Nounai
Paradise” ini dinyanyikan bersamaan, dengan berpendarnya warna hijau dari
ribuan lightstick yang bergoyang
berirama, adalah satu keajaiban tersendiri.
Team A 6th Stage
“Mokugekisha”
We never turn our eyes away
From this raw sadness
And this concealed truth
We are eye witnesses
Burning everything into our memories
We shall keep talking about the errors of this age
And become living witness”
From this raw sadness
And this concealed truth
We are eye witnesses
Burning everything into our memories
We shall keep talking about the errors of this age
And become living witness”
Ya, diatas merupakan penggalan dari lirik Mokugekisha, lagu yang merupakan bagian
dari setlist dengan judul yang sama. Salah satu lagu inspirasional, dengan tema
yang menurut saya jarang diangkat. Mokugekisha
bercerita tentang bagaimana sebuah tragedi kemanusiaan yang muncul, karena
hilangnya rasa cinta dalam diri manusia.
Menjadi setlist teranyar yang baru saja melejit pada tahun
2012, “Mokugekisha” berisi 17 lagu dengan aransemen megah yang kebanyakan
bernada gloomy. Begitu juga dengan
lagu Pioneer yang bisa mereka
banggakan, sebagai lagu yang mungkin hanya bisa dinyanyikan oleh tim mereka
saja, sebagai lagu yang benar-benar eksklusif, lebih eksklusif dari lagu Shonichi kepunyaan Tim B.
Tim A juga memiliki ikon, bahkan secara mengejutkan, banyak
fans yang menjadikan ikon ini sebagai cult
dalam AKB48 ,sebagai member yang dikultuskan untuk menjadi pilar
penyeimbang dalam dunia per-48-an. Berawal dari kokohnya dua pilar yang
menyangga bangunan teater di Don Quixote, Akihabara. The two pillars of AKB48, adalah sebutan bagi duo dinamis dari
generasi pertama yang sekarang menjadi Tim A, yaitu Takahashi Minami dan Atsuko
Maeda.
Dalam “Mokugekisha”, Atsuko Maeda yang juga dijuluki sebagai
“face of AKB48”, memang tidak terlalu
terdengar baik dalam Ude No Kunde.
Tetapi Takahashi Minami atau yang biasa disapa Takamina, berhasil membius para
penggila musik jepang, saat dia melakukan solo dalam unitsong Itoshisa No Accel, bermodalkan aransemen megah dengan
vokalnya yang magis, perempuan yang juga dipanggil Soukantoku atau General
Manager ini berhasil menghapus perasaan was-was akan berhasil atau tidaknya
recording collection ini, pendek
kata, lagu ini keren to the max!
Comments
Post a Comment